Kader NU Ikuti Pelatihan Da’i dan Da’iyah Nasional
BANSERBANYUMAS.COM: Banyumas– Sebanyak 145 kader NU mengikuti pelatihan da’i dan da’iyah nasional yang digelar Forum Da’iyah Fatayat NU (Fordaf) PC Fatayat NU Kabupaten Banyumas di Garden Resto & Hall Purwokerto, Ahad (27/1).
Seratusan kader NU yang mengikuti pelatihan da’i dan da’iyah nasional yang bertajuk “Smart Dakwah Television Style”, berasal dari anggota fatayat, muslimat, ISNU, ansor, banser, IPNU IPPNU, Jam’iyah Pengasuh Pesantren Putri dan Mubalighah (JP3M), penyuluh agama, pelajar, dan mahasiswa se-Kabupaten Banyumas.
Hadir sebagai pemateri, yakni ustadz Didik Yulianto, S.H., M.I.Kom., Guru besar AKSI Indosiar dan AKSI Asia Indosiar dan ustadzah Afiv Fatur Rohmania. Acara dibuka pukul 10.00 WIB oleh ustadzah Dra. Hj. Dewi Ani Endriyanti, Ketua Fordaf Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU.
Ketua panitia, Lu’luatun Nafisah, S.H.I., M.H, mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk melahirkan da’i dan da’iyah yang berwawasan luas dan berkualitas, serta menyiapkan da’i dan da’iyah yang santun berakhlakul karimah dalam berdakwah.
Di samping itu, kata dia, kegiatan ini untuk menyiapkan da’iyah yang siap menjadi agent of change di masyarakat agar tercapainya misi tegaknya syariat Islam ala Ahlusunnah Wal Jamaah.
Lebih lanjut Lu’luatun Nafisah mengatakan, beragamnya masyarakat yang akan dihadapi oleh seorang da’i, menuntut adanya upaya sungguh-sungguh untuk menciptakan konsep dakwah Islam yang relevan dengan keanekaragaman objek dakwah di lapangan.
Oleh karena itu, penyampaian pesan dakwah oleh seorang da’i haruslah dilakukan dengan cara memahami karateristik dan tipologi masyarakat yang dihadapinya. “Da’i itu seperti dokter ahli, yang dapat memberikan obat (resep) sesuai dengan penyakit (permasalahan) audiens,” ujarnya.
Berangkat dari kenyataan itulah, guna mengatasi berbagai persoalan umat yang begitu kompleks, Fordaf PC Fatayat NU Kabupaten Banyumas tidak cukup hanya dengan melakukan program dakwah yang konvensional, sporadis, dan reaktif, tetapi harus bersifat profesional, strategis, dan proaktif.
“Menghadapi sasaran dakwah (mad’u) yang semakin kritis dan tantangan dunia global yang makin kompleks dewasa ini, maka diperlukan strategi dakwah yang mantap, sehingga aktivitas dakwah yang dilakukan dapat bersaing di tengah bursa informasi yang semakin kompetitif,” katanya menjelaskan. (Eti W/Miip1028-01).