Tiga Tugas Berkesinambungan Sebagai Kader GP Ansor, Mas’uliyyah Nahdliyah Atau Tanggung Jawab ke NU an
- Himayatud diniyyah atau Mas’uliyyah Diniyyah Islamiyyah ala Ahlissunnah wal Jamaah (tanggung jawab keislaman ala Aswaja An Nahdliyah).
Kader dan warga NU terutama kader GP Ansor yg merupakan NU Masa Depan dan Masa Depan NU harus mampu menjaga ajaran yang selaras dengan Ahlussunnah wal jamaah An Nahdliyah yang tercermin pada prinsip-prinsip ke NU an. Kenapa An Nahdliyah? Karena sekarang banyak sekali organisasi Islam mengaku sebagai Ahlussunnah tapi berbeda dengan nilai-nilai Ke NU an, Sebagai contoh Wahabi, HTI dsb. Wahabi tidak sama dengan karakteristik nilai-nilai ke NU an, maka Ahlussunnah Wahabiyyah. Apakah Khilafah tidak Islami? Islami jawabnya, akan tetapi NKRI bagi kita adalah harga mati, karena Khilafah tidak seauai dengan karakteristik bangsa Indonesaia. Dalam sejarahnya di berbagai negara, Khilafah ada seperti Khilafah Utsmaniyah, Khilafah Abasiyah dll.
Saudi Arabia berbentuk kerajaan, Mamlakah Saudiyah dengan penerapan Wahaby sebagai ajaran yang wajib bagi wargaya, dikarenakan ketika Raja Saud memenangkan peperangan waktu itu bekerja sama dengan Muhammad bin Abdul Wahab, sehingga paham Wahaby dilegal formalkan dalam KSA, meski dulunya Jazirah Arab adalah Ahlussunnah wal jamaah. Iran bekerja sama dengan syiah, dan kaum Sunny disana diburu bahkan dihabisi dengan jalan dibunuh, maka syiah dijadikan paham wajib bagi warganya.
Inilah kenapa NU sekarang punya tanggung jawab ekstra, karena dengan jalan inilah Ahlussunnah Wal Jamaah bisa tetap lestari dan ada, karena dalam dinamika politik sekarang di Indonesia, Agama adalah Isu yang dibawa sehingga lebih kepada perang ideologi, jika kita tidak bisa memenangkan Peta perpolitikan ini, maka bisa jadi Alhussunnah Wal Jamaah di Indonesia mengalami abrasi secara sistematis dan akhirnya hancur lebur.
- Himayatul ummah (perlindungan terhadap umat).
Dengan pengertian, membentengi warga dari pengaruh berbagai ajaran dan gerakan yang ekstrem, baik ekstrem radikal maupun liberal. NU berkeyakinan adanya hal-hal harus tetap dalam ajaran Islam namun juga ada yang mesti berubah sesuai dengan keadaan tempat dan zaman (Al ahdu bil jadidil Aslah)
- Mas’uliyyah Wathaniyyah (tanggung jawab kebangsaan).
NU yang andil dan berperan aktif dalam merumuskan prinsip-prinsip kebangsaan, harus menjaga negeri ini dari berbagai upaya perusakan dan pengubahan dasar negara. Sudah saatnya warga NU sebagai Muharik (Penggerak) bukan yang digerakan, karena NU itu sejatinya Harakah. Berfikir maju dan dinamis (Fikrah Nahdliyah) guna mencapai kemaslahatan ummah yang lebih baik, sehingga tujuan Islam yang Rahmatan Lil alamin tercapai.
Maka tugas kita sebagai Kader Gerakan Pemuda Ansor sangatlah berat kedepanya, jika kita justru keluar dari jalur organisasi dan tidak patuh pada pimpinan dengan dasar sam’an watha’atan pada dawuh kyai dam ulama NU, maka sejatinya kita telah menyakiti hati para muasis NU dan founding father Negara ini. Jangan melihat dari kacamata sempit, bahwa bendera merah putih hanya selembar kain. Akan tetapi ada banyak jutaan nyawa dan darah yang mengalir hanya untuk bisa menegakkan Negara ini agar merdeka, menentukan nasib bangsanya sendiri dan itu semua dilakukan oleh para kyai, ulama dan santri di masa lalu serta para pejuang, pahlawan bangsa tanpa pamrih apapun.
Mari jaga bersama ideologi bangsa kita, jaga bersama ideologi Islam Aswaja An-Nahdliyah dengan jalan mengisi kebaikan dan kemanfaatan untuk sesama. Dan sudah saatnya kita tampil untuk bersama-sama menentukan arah bangsa yang lebih baik kedepannya dengan niatan mendapat ridlo-Nya melalui mengisi pos-pos strategis dalam pemerintahan.
Siapkan dirimu untuk menyongsong tahun-tahun dengan penuh dinamika perpolitikan di Indonesia dengan tetap santun dan membumi sebagai kader GP Ansor yang siap menjadi agen perubahan menuju peradaban NU untuk Indonesia.
Ditulis oleh : Mohammad Luqman (Ketua PC GP Ansor Banyumas)