Membangun Peradaban NU Melalui Kader Muda Gerakan Pemuda Ansor

BANSERBANYUMAS.COM; Purwokerto- Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyyah Ijtimaiyyah mempunyai visi misi yang tidak tumpul hanya sesaat akan tetapi berkesinambungan. Gagasan pemikiran dan cita-cita para ulama dari Muasis selalu diwariskan untuk diwujudkan melalui para penerus generasi lintas zaman yang tentunya beradaptasi sesuai perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai luhur dan entitas asli para pendahulunya.

Pola ideologi Islam Ahlussunnah Wal Jamaah An-nahdliyah sebagai pokok pikiran yang menyatu dalam pikiran, langkah dan sendi-sendi kehidupan selama ini adalah bentuk keberlangsungan yang tanpa disadari telah mendarah daging pada warganya khususnya masyarakat Indonesia.

Konsep Mabadi Khairu Ummah pun sudah sangat kental tercitra melalui kehidupan yang beragam dengan nilai tawasuthiyyah, Tasamuh, tathawuriyyah dan amar ma’ruf nahi munkar yang semuanya bisa berjalan dengan komitmen sikap ta’adul yang tidak bisa saling terpisahkan.

Warisan nilai-nilai luhur itulah yang menjadi landasan NU dalam merawat kebhinekaan di NKRI, dengan mewujudkan cita-cita Islam yang Rahmatan Lil’alamin bukan Lil Muslimin. Masih teringat jelas apa yang termaktub dalam qanun asasi yang disampaikan hadlratus Syaih KH. Hasyim Asy’ari.

فَإِِنَّهَا جَمْعِيَّةُ عَدْلٍ وَأَمَانٍ وَاِصْلاَحٍ وَاِحْسَانٍ، وَإِنَّهَا حُلْوَةٌ بِأَفْوَاهِ اْلأَخْيَارِ غُصَّةٌ عَلَى غُلاَصِمِ اْلاَشْرَارِ

Ini adalah Jam’iyyah organisasi yang lurus, bersifat memperbaiki dan menyantuni, Jam’iyah yang terasa manis di mulut orang-orang yang baik dan bengal di tenggorokan orang-orang yang tidak baik.

Dakwah yang digelorakan oleh Nahdlatul Ulama lebih pada merangkul semua elemen bangsa dalam kehidupan sehari-harinya, karena peradaban akan dimulai dari Akhlak Mulia, dan suatu bangsa pun akan hancur karena nilai-nilai moralitas generasinya mulai terkikis dan hilang pribadi aslinya sebagai generasi penerus pendahulunya.

Gerakan Pemuda Ansor, sebagai salah satu Badan Otonom NU yang beranggotakan Pemuda- pemuda Nahdliyin memang dipersiapkan tidak hanya sekedar sebagai Penjaga Marwah, Muruah dakwah Kyai NU, Ulama NU, Habaib NU. Akan tetapi GP Ansor sebagai wadah Pemuda NU juga dipersiapkan guna menerima estafet kepemimpinan dalam jamiyyah NU ini, karena Ansor adala NU masa depan dan Masa depan NU.

Dalam kiprahnya, GP Ansor sudah teruji dan membuktikan bahwa apa yang menjadi cita-cita para ulama pendahulu NU adalah warisan yang harus dijaga dan diwujudkan sampai kapanpun, termasuk tetap berdirinya NKRI. Selain memang harus terus bertransformasi dalam mengupayakan inovasi agar tetap eksis bermanfaat dalam derasnya perubahan zaman di era sekarang (al-ahdu biljadidil ashlah).

Menjadi Kader GP. Ansor mempunyai tanggung jawab yang besar karena dipersiapkan tidak untuk hari ini saja tapi untuk keberlangsungan masa depan NU, citra kader Ansor sekarang adalah representasi Nahdlatul Ulama di masa yang akan datang, dengan kecerdasan, ketaatan dan selalu berinovasi dalam setiap langkah dan mempunyai segudang solusi ketika menemui masalah itu adalah bagian dari wujud kader Ansor yang progresif dalam kesehariannya.

Baca Juga  Dibentuk Forum Komunikasi Potensi Pencarian dan Pertolongan Daerah

Derasnya tantangan baik dari luar maupun dari dalam, baik di dunia nyata maupun dunia maya, menjadi kader Ansor harus mempunyai 3 karakteristik yang tidak boleh hilang sampai kapanpun dan ini harus menjadi pegangan sebagai Motivasi bagi semua kader Nahdlatul Ulama, khusunya GP. Ansor.

1. Saja’ah (Berani)

Menjadi Kader Ansor harus punya sikap pemberani, berani menjalankan aturan organisasi dan titah pimpinan. Berani menegakkan kebaikan serta berani untuk melawan kebathilan, bukan melakukan pembenaran secara pribadi tanpa dasar.

2. Sakhowah (Kelapangan hati)/ Loman (Jawa)

Ansor yang berarti penolong, diwujudkan dengan sikap berhidmat yang tanpa pamrih dan tanpa membedakan apapun. Mendedikasikan diri dalam berhidmat secara utuh yang hanya diniatkan untuk mencari ridlo-Nya. Memberikan bantuan pada sesama, berlaku santun dalam setiap harinya serta keluasan dalam berfikir dengan mengedepankan maslahatul ummat. Alloh SWT tidaklah memberikan keluasan rahmat dan ridlo-Nya kepada kekasih dan ulama-Nya karena banyaknya ibadah, melainkan karena Sakhowatin Nafs (Kelapangan hati) suka menolong dan dermawan tanpa mengharapkan imbalan serta memikirkan kepentingan duniawi semata. Namun hal lain yang bisa dirasakan tapi tidak bisa diungkapkan yakni kadar Barokah dari Tuhan.

3. Satrul ‘Uyub

Menjadi kader haruslah bisa menutupi kekurangan kader yang lainya, karena tidak ada manusia yang diciptkan sempurna, semua mempunyai kekurangan. Maka dari itu jangan pernah sekalipun menafikan seorang kader, bisa jadi ia memiliki kelebihan yang mampu menutupi kekurangan kita begitu juga sebaliknya. Dan satu kader dalam GP. Ansor adalah komponen penting dalam memajukan dan mengembangkan organisasi agar lebih bermanfaat dan bermartabat.

Sikap saling menghormati dan menghargai haruslah kita kedepankan, jangan hanya ingin dihormati saja karena melekat sebagai pimpinan, tapi kita semua adalah sama di mata organisasi yakni sebagai kader yang punya tanggung jawab yang sama untuk mewujudkan cita-cita jamiyyah ini hari ini dan untuk masa yang akan datang.

Maka bersyukurlah kita semua yang dimasukan bersama dalam satu wadah Jam’iyah organisasi Nahdlatul Ulama dan banomnya, termasuk GP Ansor, dimana rasa syukur tersebut diwujudkan dengan selalu hadir disetiap agenda kegiatan yang dilaksanakan oleh GP Ansor maupun NU di masing-masing tingkatan, juga dengan selalu kita taat (sendiko) atas dawuh guru-guru kita, para kyai dan ulama NU karena hidmat kita bergantung pada mereka sebagai sandaran keilmuan kita baik di dunia sampai di akhirat.

Oleh: Mohammad Luqman (Ketua Pimpinan Cabang GP. Ansor Kabupaten Banyumas)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button